Lokasi balapan liar Gunung Sari di Jalan Jenderal Soedirman sepi, Sabtu (14/2) malam lalu. Sirkuit yang mengambil rute dari simpang tiga Bukit Indah hingga simpang empat Lengkol itu sepi suara knalpot racing. Tentu saja, malam itu menjadi malam bahagia bagi masyarakat Kota Bontang.
Bagi warga setempat, tentunya mereka bisa tidur nyenyak untuk sebelum menikmati hari Minggu bersama keluarga. Sementara bagi pengendara yang melintas, mereka bisa mengendarai motornya dengan aman dan tenang, tanpa khawatir adanya aksi ugal-ugalan dari oknum generasi penerus yang merusak bangsa.
Lalu apa penyebab malam itu begitu sepi balapan liar? Ada dua kemungkinan. Motor pembalap liar itu ditangkap polisi, atau nyali mereka ciut lantaran razia besar-besaran yang dilakukan malam itu. Maklum, razia yang dipusatkan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bontang itu menjaring puluhan motor.
Kapolres AKBP Heri Sasangka, melalui Kasat Lantas AKP Nur Kholis mengatakan, sebanyak 58 motor diamankan saat razia itu. Seluruh motor itu dibawa ke kantor Sat Lantas Polres Bontang lantaran pengendaranya tidak bisa menunjukkan surat-surat jalan seperti Surat Izin Mengemudi (SIM) atau Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).
“Razia dilakukan untuk meningkatkan Kamsebtibcar Lantas (Keamanan, Keselamatan Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas) di wilayah hukum Polres Bontang. Selain itu, razia dilakukan untuk menekan aksi balapan liar yang diduga dilakukan oleh oknum remaja,” katanya, kemarin.
Ternyata, tindakan represif yang dilakukan aparat gabungan dari berbagai satuan fungsi di Polres Bontang itu membuahkan hasil. Banyak motor “balap” yang terjaring saat razia itu. Untuk mengenalinya cukup mudah. Bodi motor dipereteli, knalpot racing, dan tentu saja pelat nomornya dilepas.
Dari pantauan media ini, Korps Bhayangkara itu memang tak memberi ampun kepada pengendara yang melanggar, terutama pembalap liar. Beberapa remaja tampak nekat melawan arus untuk menghindari polisi. Namun, upayanya itu gagal lantaran polisi lainnya sudah stand by untuk menutup jalan. Akhirnya, pelarian mereka gagal total.
Warga Gang Selat Bali, Mashuri mengatakan, aksi balapan liar itu memang bikin susah tidur. Apalagi, jika ada polisi melintas, anak-anak tersebut masuk ke gang di sekitar rumahnya dengan kecepatan tinggi disertai suara nyaring knalpot racing. Kontan saja, tidur warga sekitar pun terganggu.
“Bagusnya dirazia terus itu, mas. Kasihan anak-anak, tiba-tiba bangun karena kaget ada suara motor nyaring. Mereka itu (pembalap liar, Red.) mengganggu sekali,” katanya.