Buaya dengan panjang sekitar 3,5 meter mati dimassa oleh warga RT 41 Kelurahan Api-Api, tepatnya pada hari Kamis (9/4/2015) pukul 03.00 Wita. Rumah warga yang dekat dengan sungai jadi sebab buaya ini muncul sekitar 20 meter dari rumah sewaan.
Berdasarkan informasi dari warga, awalnya beberapa orang mendengar ada suara di air sekitar pukul 01.00 WITA. “Saya dengar bunyi-bunyi di air dikira ikan. Setelah dilihat pakai senter, bentuknya kok kayak buaya. Kemudian, saya bangunkan semua teman di dalam (rumah) untuk memastikan. Terus dilihat ramai-ramai, memang buaya betulan,” kata salah seorang warga Kelurahan Api-Apti, malam itu.
Karena di rumah tersebut ada anak kecil dan keluarga yang lain, Majahri tak mau ambil risiko. Dia bersama teman-temannya yang kebetulan sedang nongkrong di rumah mengejar buaya tersebut.
“Baru kami kejar dan pukul pakai kayu, tapi tetap saja lari. Akhirnya, kami ambil parang dan diikatkan di tongkat untuk jadi tombak. Buaya itu kami tombak. Karena, kalau buaya itu tidak mati, takutnya kena anak-anak. Apalagi, di sungai sekitar rumahnya juga banyak orang mancing,” ujarnya.
Buaya tersebut langsung dikeroyok warga. Parang yang “dimodifikasi” jadi tombak pun menjadi senjata andalan melawan buaya. Warga mengaku baru menombak buaya tersebut sekira pukul 02.00 Wita. Lewat pertarungan yang cukup panjang, akhirnya buaya itu meregang nyawa dan benar-benar tidak bergerak sekira pukul 03.00 Wita.
Dari pantauan media ini di tempat kejadian perkara (TKP), selain panjang sekitar 3,5 meter, hewan berdarah dingin tersebut memiliki lebar lebih dari setengah meter. Sementara, perkiraan beratnya mencapai 200 kilogram. Di beberapa perutnya pun terdapat luka menganga akibat hunusan parang milik warga.
Kabar kematian buaya tersebut langsung menyebar. Para penjaga malam yang kebetulan tengah mengamankan lingkungannya langsung berbondong-bondong datang ke TKP. Bahkan, polisi pun juga berangkat ke TKP untuk melihat buaya tersebut. Maklum, kabar tersebut cepat menyebar lantaran ada warga yang melaporkan kejadian itu lewat handy talkie (HT).
Kejadian ini bahkan diabadikan oleh sejumlah warga yang berkunjung karena buaya tersebut tergolong ukuran jumbo untuk di Kota Bontang. Karena sudah mati, warga akkhirnya mengubur biaya itu.