Kepala Dinas Kesehatan Kota Bontang, dr. Indriati As'ad mengatakan "tren penyakit DBD di Bontang selama 3 tahun terakhir mengalami peningkatan, hingga tahun 2014, tercatat 192 penderita DBD".
Peristiwa ini terjadi merata disemua 15 kelurahan yang ada di Bontang masih endemik DBD.
"Secara keseluruhan Bontang masih endemik DBD, semua-15 kelurahan masih ditemukan kasus DBD," ujar dr. Indri, saat ditemui di ruang kerjanya, (28/1/2015).
Selain lonjakan jumlah, kasus DBD selama 2 tahun terakhir juga menelan korban jiwa sebanyak 6 orang. Sementara selama Januari 2015, sudah dilaporkan 11 kasus. "Tiap tahun kasus DBD yang di Bontang mencapai ratusan serta menelan korban jiwa, makanya Bontang ini termasuk salah satu kota endemik DBD," katanya.
Khusus bulan januari, kasus DBD tertinggi ditemukan di Kelurahan Gunung Elai, sebanyak 5 orang, disusul Kelurahan Berbas Pantai dan Kelurahan Api-api hanya 2 warga. Sisanya tersebar di Kelurahan lain. "Yang jelas kasusnya ditemukan merata di semua kelurahan," paparnya.
Fakta ini, lanjut dr. Indri, menunjukkan bahwa program pencegahan dengan cara fogging (pengasapan), dan abatesasi yang dijalankan oleh Dinkes tidak bisa menjamin hilangnya ancaman DBD. Diperlukan peran aktif masyarakat dengan menggalakkan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melaksanakan program 3 M (Menutup, Menguras, dan Menimbun).
"Kalau selalu menutup bak mandi, menguras bak mandi dan menimbun tempat-tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk, penyebaran penyakit itu pasti akan bisa ditahan. Kesadaran masyarakat, lah yang perlu menggalakannya," bebernya.
Ia berharap ancaman DBD yang setiap menelan korban jiwa bisa menjadi perhatian semua pihak. Para orangtua juga diimbau agar tidak menyepelekan saat anaknya didera demam. Pasalnya, saat ini telah terjadi mutasi gen pada nyamuk aedes aegepty, yang mengakibatkan penderita yang terserang DBD bisa saja tidak menunjukkan gejala klinis seperti munculnya bintik-bintik merah pada kulit.
"Makanya saran kami, jangan abaikan panas badan pada anak. Segera lakukan pemeriksaan ke Puskesmas atau RS untuk tindakan pengobatan ada keluarga yang demam lebih dari 2-3 hari," tandasnya.