Kerusakan jalan ada bermacam-macam, mulai dari yang berlubang, bergelombang, retak, terkelupas, dan juga ada longsor. Rata-rata setiap sepuluh kilometer, jalan rusak di atas seratus titik. Setidaknya, ada sekitar 1.000 titik rawan dari Samarinda sampai Bontang. Muara Badak saja kurang lebih 274 titik kerusakan.
Dari simpang tiga Muara Badak sampai simpang tiga Bontang-Sangatta terdapat 1262 titik rawan karena jalan yang rusak. Selain itu, tak dimungkiri bahwa jalur ini cukup padat. Berbagai jenis kendaraan melintas, mulai dari sepeda motor sampai aneka kendaraan besar. Maka, tak heran bila kecelakaan lalu lintas (lakalantas) di jalur ini kerap terjadi. Bagaimana tidak, kendaraan yang melaju kencang, terkadang harus mengambil jalur pengendara lain untuk menghindar lubang.
Sehingga kendaraan yang berlawanan arah terkadang harus berhenti mendadak atau membanting setir untuk menghindari kecelakaan. Namun, ada pulang yang harus meregang nyawa karena tak kuasa menghindari kecelakaan tersebut.
Beberapa pekan terakhir, diketahui sedikitnya tiga kali terjadi insiden lakalantas dipicu jalan rusak. Yakni, tabrakan beruntun di Gunung Menangis karena korban menghindari jalan yang longsor. Selang dua pekan kemudian, truk terperosok saat menuruni Gunung Menangis. Teranyar, sekira sepuluh kilometer dari simpang tiga Bontang-Sangatta, truk pengangkut sawit terbalik karena menghindari lubang saat menanjak.
Beberapa titik jalan rusak tersebut memang telah diperbaiki. Namun, tak tidak bertahan lama, jalan rusak kembali. Warga kerap bertanya, sejauh mana kualitas aspal yang dibuat kontraktor.
Selain itu, ada beberapa warga yang memanfaatkan fenomena ini dengan berdalih memperbaiki jalan, lalu meminta sumbangan ke pengguna jalan yang melintas. Sedikitnya ada lima titik lokasi yang menjadi tempat mangkal “PU Swasta” itu. Dari lima titik tersebut, ada yang benar-benar memperbaiki jalan yang rusak parah, tapi ada juga yang hanya sekadar melemparkan tanah ke badan jalan sembari membasahi tanah tersebut agar tanah tampak baru dikerjakan.
Andy, sopir truk yang kebetulan singgah istirahat di warung kopi, jalan poros Samarinda-Bontang menuturkan, medan jalan tersebut cukup ekstrem. Paling mengkhawatirkan ketika kendaraan bermuatan berat. Sebab, salah prediksi mengambil jalur bisa celaka.
“Bayangkan kalau muatan mobil di atas lima ton. Saat melaju, tiba-tiba ada lubang, mobil bisa oleng dan terbalik. Apalagi di Gunung Menangis, tanjakan tinggi dan jalan rusak. Kendaraan biasa tiba-tiba macet, mundur, dan terbalik,” tuturnya.
Sementara Suwarno, warga yang didapati sedang memperbaiki jalan di Gunung Menangis mengatakan, apa yang dilakukan niatnya menolong. Memang diakuinya meminta uang kepada pengendara yang sedang melintas, tapi itu sukarela mereka. Hal itu dilakukannya karena tanjakan ini sudah memakan korban banyak selama jalan ini rusak.
“Memang kami menadahkan kardus ke pengendara untuk diberikan uang, tetapi itu sifatnya sukarela. Yah.., kalau mau ngasih alhamdulillah,” tuturnya.