Mendikbud Anies Baswedan ikut menyoroti kasus pembegalan yang marak terjadi belakangan ini. Menurutnya, ada berbagai kemungkinan faktor penyebab kekerasan oleh anak yang perlu diteliti pengaruhnya, termasuk efek dari video game.
"Kita perlu melihat secara utuh faktor-faktor yang ada di sekolah, keluarga dan masyarakat," kata Anies saat Seminar Pendidikan Karakter, di Bandung, Minggu (1/3/2015).
Menurut Anies, usia anak dalam masa perkembangan masih rentan untuk membedakan maya dan nyata. Sinetron dan video game bisa dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan sebagian anak-anak.
"Ada banyak riset tentang video game, ada yang mengaitkan video game dengan kecenderungan tindakan kekerasan, ada pula yang menyatakan tidak ada keterkaitan signifikan," jelas Anies.
"Riset-riset ini tidak benar-benar konklusif dan sering bersifat kondisional. Artinya, video game yang berbeda dapat memberikan dampak positif atau negatif berbeda pada anak yang berbeda dan tergantung pula pada porsi cara penggunaan dan pendampingan yang diterima," lanjutnya.
Anies menjelaskan, anak-anak belum memahami secara utuh batasan-batasan benar-salah, boleh-tidak boleh, menyakiti-tidak. Terutama dampak tindakan tersebut terhadap dirinya ataupun orang lain untuk jangka waktu jauh ke depan.
"Kemdikbud akan mendorong dan mendukung sebagai simpul gerakan. Kemdikbud telah mengadakan berbagai diskusi berkait dengan sasaran prioritas untuk menanggulangi masalah kekerasan dan akan terus memfasilitasi diskusi serta perencanaan program di bidang ini dalam beberapa waktu ke depan," tutur Anies.